Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Jelang Lebaran Harga TBS Anjlok 50%, Petani di Simalungun Menjerit

Kecamatan Bandar Huluan - KABAR NAGORI | Harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit petani di Kabupaten Simalungun, jelang lebaran mendadak anjlok hingga 50 persen dari harga sebelumnya.

Hingga Minggu (24/04/2022), harga jual kelapa sawit kepada agen pengumpul tinggal Rp. 1.450 per kilogram. Sebelumnya, harga TBS di tingkat agen mencapai Rp. 2.950 per kilogram.

Anjloknya harga jual kelapa sawit petani hingga titik terendah dalam waktu sepekan jelang lebaran tahun ini membuat ribuan petani yang tersebar hampir diseluruh nagori se Kabupaten Simalungun menjerit. 

Awalnya, petani merasa bersyukur karena harga kelapa sawit terbilang stabil, bahkan pelan-pelan harganya terus mengalami kenaikan, meski kenaikannya hanya hitungan puluhan rupiah.

Namun, hanya berjarak 1 hari, harga anjlok separuh harga sebelumnya.

”Kemarin (Sabtu, 23/04/2022) hingga pukul 19.00 WIB, harga TBS masih Rp 2.950 per kilogram. Hari Minggu (24/04/2022) harga langsung turun, jadi hanya tinggal Rp 1.450 per kilogram,” ujar Dani, petani warga Kecamatan Bandar Huluan.

 ”Hanya dalam hitungan satu hari harga kelapa sawit anjlok Rp. 1.500 per kilogram,” cetus petani lainnya dengan nada penuh kecewa.

Petani yang mengaku hanya memiliki lahan kelapa sawit seluas 10 rante ini mengeluhkan anjloknya harga kelapa sawit tersebut. Karena sebelumnya dia berharap harga sawit tetap bertahan Rp 2.950 per kilogram, namun harapannya sirna, karena harga anjlok drastis separuh dari harga sebelumnya.

Disisi lain, yang membuat petani semakin mengeluh, hasil panen juga mengalami musim trek alias kurang buah. Dengan keadaan ini maka lengkaplah penderitaan petani kelapa sawit.

”Selama ini biaya hidup dan sekolah anak-anak dari hasil kelapa sawit. Tetapi dengan kondisi harga yang anjlok, kehidupan petani sawit menjadi semakin tertekan,” ujar Dani.

A. Sinaga, petani lainnya juga mengakui hal yang sama. Menurutnya, selama ini kelapa sawit sudah menjadi sumber nafkah bagi keluarganya. Dari seluas 0,5 hektare areal kebun sawitnya, biasanya sebelum musim trek dia bisa memperoleh hasil panen mencapai 400-500 kilogram sekali panen.

Sementara dalam satu bulan dua kali panen. Selain untuk biaya menutupi kebutuhan rumah tangga, hasil panen sawitnya juga untuk biaya pendidikan dua anaknya yang duduk dibangku SMP. 

Bahkan ketika harga kelapa sawit tergolong lumayan, secara rutin sekali tiga bulan atau minimal tiga kali dalam setahun dia masih mampu menutupi biaya pemupukan kelapa sawitnya. Sedangkan pada musim trek ini hasil hanya tinggal 100-300 koligram sekali panen.

“Bagaimana saya menutupi biaya kebutuhan keluarga jika harga anjlok seperti ini. Belum lagi untuk beli pupuk,” tutur Sinaga.

Sementara, beberapa agen penampung mangakui anjloknya harga kelapa sawit ini. Namun mereka tidak tau secara pasti apa yang menjadi penyebab turunnya harga kelapa sawit tersebut. Mereka menyebutkan anjloknya harga kelapa sawit erat kaitannya dengan adanya larangan ekspor Crude Palm Oil (CPO) dan minyak goreng oleh pemerintah. 

”Kami hanya agen pengumpul, begitu diberitahu harga turun, langsung diturunkan harganya. Informasinya mendadak tadi malam (Sabtu malam), dari pihak Pabrik Kelapa Sawit (PKS) harga turun drastis. Infonya akibat adanya larangan ekspor CPO,” sebut salah seorang agen pengumpul yang enggan disebutkan namanya.
IKLAN